Rate this article:

Etika dan Aturan Sehari-hari yang Perlu Diketahui Sebelum Tinggal Di Jepang!

2025.08.08

Pendahuluan

Tinggal di Jepang bukan hanya soal belajar bahasa atau mencari pekerjaan, tapi juga memahami etika dan aturan sosial yang berlaku. Bagi banyak orang Indonesia, perbedaan budaya ini bisa menjadi tantangan, apalagi jika tanpa persiapan. Artikel ini membahas berbagai etika penting yang perlu kamu pahami agar tidak dianggap “gaijin” (asing yang tidak paham budaya lokal).

Di mata sebagian orang, kata gaijin bisa terasa eksklusif, bahkan sedikit diskriminatif, karena memberi kesan bahwa orang asing tidak benar-benar dianggap bagian dari masyarakat Jepang. Namun, jika kalian mengikuti beberapa aturan tak tertulis berikut ini, hidup kalian di negeri sakura ini akan lebih tenang!

Supaya kamu nggak salah tingkah atau dianggap nggak sopan, yuk pelajari etika sosial dasar di Jepang berikut ini!

 

1. Etika Saat Menggunakan Transportasi Umum, Apalagi di Kereta

Orang Jepang sangat menghargai ketenangan, terutama saat berada di transportasi umum seperti kereta atau bus. Bagi mereka, kendaraan umum adalah tempat untuk beristirahat atau membaca, bukan tempat mengobrol keras-keras.

 

Beberapa aturan penting yang perlu kamu ikuti:

  • Matikan nada dering ponsel, atau ubah ke mode senyap (manner mode).
  • Jangan menerima telepon. Kalau sangat penting, turun dulu dan bicara di luar.
  • Jika harus bicara, pakai suara pelan. Lebih baik lagi, diam.
  • Jangan makan atau minum berlebihan di dalam kereta, terutama makanan berbau menyengat.
  • Hindari berdiri dekat pintu atau menghalangi jalur keluar-masuk.

 

Bayangkan kamu sedang lelah pulang kerja, lalu mendengar orang tertawa keras di sebelahmu, tentu mengganggu bukan? Prinsipnya, selalu jaga ketenangan dan kenyamanan bersama.

PIC①

2. Etika saat Makan di Tempat Umum dan Jalanan

Makan sambil jalan adalah hal biasa di Indonesia, tapi di Jepang, ini dianggap tidak sopan dan tidak higienis. Orang Jepang biasanya duduk diam saat makan, baik di restoran, taman, bahkan di konbini.

Kalau kamu membeli street food seperti taiyaki, takoyaki, atau croquette, makanlah:

  • Di dekat toko tempat beli, biasanya disediakan bangku kecil.
  • Di area makan umum (food court, taman, atau rest area).
  • Di rumah atau hotel, jika tidak menemukan tempat duduk yang sesuai.

 

Dan jangan lupa, buang sampah di tempatnya. Kalau tidak ada tempat sampah di sekitar, simpan dulu di tas atau kantong plastik sampai kamu menemukannya.

PIC②

3. Buang Sampah Sesuai Aturan & Pisahkan Sampah

Salah satu hal yang sering mengejutkan orang asing yang baru pertama kali tinggal di Jepang adalah sistem pembuangan sampah yang sangat ketat dan teratur. Meskipun tempat sampah di tempat umum tidak sebanyak di Indonesia, Jepang tetap bersih luar biasa — bukan karena petugas kebersihan lebih banyak, melainkan karena kesadaran kolektif warganya sangat tinggi.

Jenis-Jenis Sampah yang Harus Dipisahkan

Untuk menjaga proses daur ulang yang efisien dan mengurangi beban tempat pembuangan akhir, sampah selalu dipisah sesuai kategorinya. Ini bukan hanya kebiasaan, tapi aturan resmi yang berlaku di hampir semua kota dan desa di Jepang.

 

Berikut kategori umum sampah:

  • 🔥 燃えるゴミ (Moeru Gomi) – Sampah yang bisa dibakar
    Contoh: sisa makanan, kertas, tisu, kantong plastik kecil, dan bahan organik lainnya.
  • 🚫 燃えないゴミ (Moenai Gomi) – Sampah yang tidak bisa dibakar
    Contoh: logam kecil, baterai, pecahan kaca, alat elektronik kecil, dan keramik.
  • 🥤 ペットボトル (PET Bottles) – Botol plastik minuman dengan simbol PET
    Harus dibersihkan dan dilepas label serta tutupnya sebelum dibuang.
  • 🥫 缶・ビン (Kan/Bin) – Kaleng & botol kaca
    Contoh: kaleng minuman, botol kecap kaca, botol bir, dll. Harus dibilas terlebih dahulu.

 

Setiap jenis sampah ini memiliki hari pembuangan yang berbeda, yang diatur oleh pemerintah setempat. Misalnya:

  • Moeru Gomi: Senin & Kamis
  • PET Bottles: Rabu
  • Moenai Gomi: Jumat ke-2 dan ke-4
    Kaleng/Botol: Selasa minggu ke-1 dan ke-3

 

Kalau kamu salah buang atau tidak memilah dengan benar, kantong sampahmu bisa ditolak oleh petugas dan akan ditempeli stiker peringatan—kadang dengan catatan jenis pelanggaran.

 

Di Mana Mendapatkan Jadwal Sampah?

Biasanya, saat kamu pindah ke apartemen atau rumah, pemilik, manajemen, atau kantor balai kota akan memberikan brosur atau selebaran yang berisi jadwal dan panduan membuang sampah. Di beberapa daerah, ada juga aplikasi ponsel khusus untuk cek jadwal sampah.

 

Tips Praktis untuk Pendatang Baru:

  • Gunakan kantong sampah berbeda di rumah. Idealnya kamu punya 3–5 tempat sampah kecil sesuai kategori.
    Cuci dan keringkan botol dan kaleng sebelum dibuang agar tidak mengundang serangga.
  • Baca label produk—botol plastik, karton susu, atau kemasan tertentu sering punya simbol pemilahan.
  • Jika tidak menemukan tempat sampah umum, biasakan membawa pulang sampahmu sendiri. Ini adalah bentuk tanggung jawab pribadi yang sangat dihargai di Jepang.
  • Jangan buang sampah sembarangan di konbini atau tempat umum, kecuali jika tempat itu memang menyediakan kotak sampah yang sesuai.

 

Kenapa Ini Penting?

Di Jepang, membuang sampah dengan benar adalah bentuk etika dan sopan santun. Melanggar aturan bukan cuma bikin kamu dianggap tidak tertib, tapi juga bisa mengganggu lingkungan dan tetangga. Selain itu, sistem daur ulang di Jepang sangat canggih dan bergantung pada partisipasi masyarakat dalam memilah sampah dari sumbernya.

Dengan mengikuti aturan ini, kamu tidak hanya membantu menjaga kebersihan Jepang, tapi juga menunjukkan bahwa kamu menghormati budaya dan kebiasaan masyarakat setempat.

PIC③④

4. Etika Saat Memasuki Rumah atau Bertamu

Di Jepang, memakai sepatu dalam rumah adalah pelanggaran etika besar. Hampir semua rumah, beberapa restoran tradisional, penginapan ryokan, bahkan ruang sekolah memiliki area bernama genkan (tempat untuk lepas sepatu).

 

Etika dasar:

  • Lepas sepatu di genkan, arahkan ujung sepatu ke luar (tanda sopan).
  • Pakai sandal rumah jika disediakan.
  • Jangan masuk area beralaskan tatami dengan kaus kaki kotor.
  • Kalau bertamu, beri salam sopan, dan jangan asal masuk tanpa izin.

Ini bukan hanya soal kebersihan, tapi juga bagian dari budaya menghargai ruang pribadi.

PIC⑤

5. Etika Tinggal di Apartemen: Jangan Bikin Berisik!

Jepang dikenal dengan sistem hunian yang padat dan terorganisir. Banyak orang tinggal di apartemen kecil yang berdempetan satu sama lain, baik secara horizontal maupun vertikal. Selain itu, struktur bangunan di Jepang—meski kuat terhadap gempa—seringkali memiliki dinding dan lantai yang tipis karena material ringan digunakan demi efisiensi biaya dan ketahanan gempa. Akibatnya, suara dari satu unit bisa dengan mudah terdengar di unit sebelah atau bahkan di atas dan bawah.

 

Kenapa Ini Penting?

Bagi masyarakat Jepang, ketenangan adalah bentuk rasa hormat terhadap orang lain. Membuat gaduh bisa dianggap sebagai perilaku egois yang tidak mempertimbangkan kenyamanan lingkungan sekitar. Oleh karena itu, menjaga suara bukan hanya masalah sopan santun, tapi sudah menjadi norma sosial yang dijunjung tinggi.

 

Contoh Hal-Hal yang Harus Dihindari:

  • Memutar musik dengan volume tinggi, apalagi menggunakan speaker bass besar.
  • Berbicara dengan suara keras, baik saat menelepon atau ngobrol biasa—terutama malam hari.
  • Anak-anak berlari atau melompat di dalam rumah, karena suara hentakan bisa sangat mengganggu unit di bawah.
    Mengadakan pesta dengan banyak orang, suara tawa, musik, atau obrolan bisa terdengar hingga ke luar.
  • Menyalakan TV keras-keras setelah pukul 22:00, karena malam hari dianggap sebagai waktu istirahat.

 

Etika dan Solusi yang Bisa Diterapkan:

  • Gunakan headphone saat menonton film, mendengarkan musik, atau bermain game.
  • Letakkan karpet atau alas tebal untuk meredam suara langkah, apalagi jika lantainya kayu atau vinyl.
  • Tarik kursi perlahan, karena suara gesekan kursi dengan lantai sangat nyaring di malam hari.
  • Gunakan alas karet pada kaki meja/kursi, sebagai peredam tambahan.
    Sampaikan permohonan maaf dengan sopan jika tanpa sengaja membuat suara berisik—ini bisa mencairkan suasana jika terjadi kesalahpahaman.

 

Tambahan Tips:
Di Jepang, jam 9–10 malam adalah batas tidak tertulis di mana semua orang mulai menurunkan volume aktivitas mereka. Setelah jam ini, suara sekecil apa pun bisa terasa mengganggu. Misalnya suara mencuci piring, vacuum cleaner, atau mesin cuci di malam hari bisa menjadi sumber keluhan. Beberapa apartemen bahkan melarang penggunaan mesin cuci setelah pukul 21.00.

Jika kamu terlalu sering menimbulkan suara yang mengganggu, bukan tidak mungkin tetangga akan melaporkanmu ke pengelola gedung atau manajemen apartemen. Teguran formal pun bisa dikeluarkan dalam bentuk surat atau bahkan kunjungan langsung dari staf apartemen.

 

Kenapa Etika Ini Penting untuk Orang Asing?

Sebagai orang asing di Jepang, kamu akan lebih mudah dikenali dan diamati. Karena itu, kamu juga lebih cepat disalahkan jika terjadi masalah di lingkungan tempat tinggal. Memahami dan menerapkan etika hunian yang baik adalah salah satu cara terbaik untuk hidup tenang, diterima lingkungan, dan menghindari konflik sosial yang tidak perlu.

PIC⑥

6. Tepat Waktu adalah Bentuk Etika yang Penting

Di Jepang, tepat waktu bukan sekadar kebiasaan, tapi bentuk penghargaan terhadap orang lain. Dalam budaya Jepang, waktu memiliki nilai moral yang tinggi. Ketika seseorang datang terlambat, meskipun hanya beberapa menit, itu bisa dianggap sebagai tindakan yang tidak sopan dan egois, karena dianggap menyia-nyiakan waktu orang lain.

 

Mengapa Tepat Waktu Sangat Penting?

Berbeda dengan di beberapa budaya lain yang lebih fleksibel terhadap keterlambatan, masyarakat Jepang menjunjung tinggi keteraturan, efisiensi, dan rasa tanggung jawab. Hal ini berlaku dalam hampir semua aspek kehidupan:

  • Kerja: Datang terlambat ke kantor atau rapat menunjukkan kurangnya profesionalisme.
  • Sekolah: Murid yang sering datang terlambat dianggap kurang disiplin dan tidak menghargai guru atau pelajaran.
  • Pertemanan: Dalam pertemuan santai sekalipun, datang tepat waktu dianggap sebagai bentuk respek kepada teman.

 

Prinsip Etika Waktu di Jepang:

  • Datanglah 5–10 menit lebih awal dari jadwal yang telah disepakati. Ini menunjukkan bahwa kamu menghargai waktu dan siap untuk acara tersebut.
  • Jika kamu terpaksa terlambat, segera kirim pesan atau hubungi orang yang menunggumu. Permintaan maaf dalam bentuk ucapan seperti “osokunatte sumimasen” (maaf saya terlambat) sangat penting untuk menjaga hubungan baik.
  • Dalam antrean atau layanan umum, jangan membuat orang lain menunggu karena kelalaian atau ketidaksiapanmu. Misalnya, siapkan kartu transportasi atau dompet sebelum tiba di kasir/stasiun agar proses berjalan lancar.

 

Transportasi: Simbol Ketepatan Waktu Jepang

Jepang terkenal dengan sistem transportasi umum, terutama keretanya, yang sangat akurasi dalam jadwal. Bahkan keterlambatan satu menit pun bisa diumumkan secara resmi dan disertai permintaan maaf kepada penumpang. Ini mencerminkan seberapa serius mereka memperlakukan waktu.

Contoh nyata:

Jika kereta terlambat hanya 2 menit, operator kereta biasanya akan memberikan “surat keterlambatan” (遅延証明書 – chien shoumeisho) kepada penumpang yang membutuhkannya sebagai bukti keterlambatan resmi.

 

Disiplin Waktu = Kehidupan yang Lebih Tertata

Membiasakan diri untuk tepat waktu bukan hanya membuatmu dihargai di Jepang, tapi juga membentuk karakter pribadi yang lebih disiplin dan dapat diandalkan. Di dunia kerja internasional, kemampuan menghargai waktu adalah salah satu soft skill yang sangat bernilai.

PIC⑦

Kesimpulan

Etika sosial di Jepang tidaklah rumit, tapi memang butuh pembiasaan dan rasa tanggung jawab. Kuncinya adalah: hargai orang lain sebagaimana kamu ingin dihargai. Mulai dari hal kecil seperti tidak berisik, membuang sampah dengan benar, hingga datang tepat waktu. Semua itu menunjukkan kepedulian dan kedewasaan dalam bersikap.

Hal-hal yang mungkin terlihat “kaku” di awal, lama-lama akan terasa wajar jika kamu terus melatihnya. Bahkan, banyak orang asing yang setelah beberapa bulan tinggal di Jepang, justru membawa kebiasaan-kebiasaan positif ini pulang ke negaranya.

Ingat, menjadi orang asing (gaijin) bukan berarti kamu tidak bisa diterima. Justru dengan memahami dan menerapkan etika lokal, kamu akan lebih dihormati dan lebih mudah membangun hubungan baik dengan masyarakat Jepang.

 

✨ Jadi, sebelum kamu berangkat — entah untuk liburan, magang, kuliah, atau bekerja — biasakan diri mulai sekarang!
Etika bukan soal peraturan semata, tapi cerminan siapa diri kita sebenarnya.


この記事をシェアする


仕事探しから帰国まで、 専属のコンシェルジュがあなたをサポート。

日本 ネイティブの専属コンシェルジュがあなたを最後までサポートいたします。

user avatar

Takeshi

user avatar

Ai

user avatar

Daisuke

Arrow up Circle gradient